Wednesday, June 13, 2012

Jujur itu . . .

Pada postingan kali ini, aku ingin menceritakan sebuah kisah luhur yang datang dari seorang temanku. Temanku ini berasal dari Lampung (tapi logatnya Jawa ^_^), namanya Irma Nurkhamidah. Mudah2n dia membaca postingan ini, sehingga janjiku untuk menuliskan kisahnya di blog ini akan lunas.

Dia adalah seorang mahasiswa yang memegang teguh kejujuran. Susahnya mencari kejujuran di jaman sekarang ini. Banyak orang, bahkan dari anak kecil sampai orang tua sudah sedikit melupakan satu arti kata ini. Dari hal terkecil sampai hal terbesar sekalipun tak luput dijadikan bahan untuk kebohongan. Miris memang miris, moral masyarakat sekarang ini sudah mulai menurun. Aku pun tak memunafikkan diri bahwa pernah meninggalkan kejujuran dalam langkah kehidupan sehari-hariku. Alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan untuk back to the track oleh Tuhan Yang Maha Esa agar berpegang pada kejujuran kembali.

Ceritanya seperti ini, pada suatu hari kelasku sedang menjalani ujian mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah. Dosennya tidak terlalu killer, sehingga temen-temen pun tidak terlalu mempermasalahkan dosen tersebut. Pada saat ujian berlangsung, suasana gaduh mewarnai jalannya ujian. Apa yang terjadi? banyak percakapan yang terjadi, banyak lembaran kertas jawaban ujian yang lewat kesana kemari, banyak smartphone yang menampilkan slide atau workbook dari materi ujian tersebut. Aktifitas yang sekarang sering terlihat dalam suasana ujian. Siapa yang harus disalahkan? Sistem atau Moral? bisa dijawab masing-masing.

Namun, ada sebuah kejadian yang membuatku kagum, teringat dan bangga. Karena aku memiliki seorang teman yang masih memegang keteguhan hati untuk jujur. Dialah temanku yang aku maksud di awal postingan ini. Aku mendekatinya ketika aku hendak mengumpulkan lembar ujianku.
"Kamu udah selese ngerjain belum?", tanyaku kepadanya.
"Aku ga bisa ngerjain, soalnya tadi malem aku ga belajar.", jawabnya. Memang terlihat hanya lembar jawaban kosong yang ada dihadapannya.
"Nih, lihat aja punyaku (menyodorkan lembar jawabanku)" tawarku.
"Ga ah, biarin aja gapapa (sambil menuliskan sesuatu di bagian paling bawah lembar jawaban yang masih kosong)", jawabnya.
Apa yang dia tuliskan??? (kurang lebih seperti ini)

Ibu, saya minta maaf tidak bisa mengerjakan soal-soal ini
karena saya tidak belajar sebelumnya

Subhanallah, sungguh luar biasa temanku yang satu ini. Setiap kali ujian pun dia tak pernah ikut ramai mencari jawaban seperti halnya temen-temen yang lain. Dia selalu tertunduk fokus mengerjakan soal-soalnya sendiri. Kemudian aku mengambil lembar jawabannya itu dan aku menuliskan sesuatu di bawah tulisannya. (kalau tidak salah seperti ini)

Subhanallah, sungguh kejujuran adalah sesuatu yang paling berharga
aku salut sama kamu

Dia tersenyum dan tertawa melihat tulisan itu. Dan dia pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengumpulkan lembar jawabannya itu.
Aku berdoa, mudah-mudahan keteguhan hatinya tak kan pernah luntur. Dan aku akan selalu teringat kisah ini untuk selalu mengingatkanku ketika aku khilaf.
 
Terima kasih sahabatku,
kau telah memberikanku pelajaran yang berharga...
Tetap semangat, jadilah dirimu apa adanya...


Goresan pena
-'The Little Prince'-


No comments:

Post a Comment